PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), perusahaan agribisnis kelapa sawit dan karet yang cukup besar di Indonesia. Sebagai salah satu pemain kunci di sektor perkebunan, TAPG memiliki beberapa potensi menarik bagi investor:
1. Skala Bisnis yang Besar dan Terintegrasi
TAPG mengelola perkebunan kelapa sawit dan karet yang luas di berbagai lokasi strategis di Sumatra dan Kalimantan. Hingga akhir tahun 2024, TAPG mengelola:
Total area tertanam: Sekitar 181.000 hektar, menjadikannya salah satu pemain besar di industri.
Pabrik Kelapa Sawit (PKS): TAPG memiliki banyak PKS dengan total kapasitas pengolahan yang signifikan, memastikan bahwa TBS (Tandan Buah Segar) yang dihasilkan dapat diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil) secara efisien.
Pabrik Karet: Diversifikasi ke karet juga memberikan keunggulan, meskipun kelapa sawit tetap menjadi kontributor utama.
Integrasi dari hulu (perkebunan) ke hilir (pengolahan) ini memberikan TAPG kendali penuh atas kualitas dan pasokan bahan baku, serta efisiensi biaya yang lebih baik.
2. Efisiensi Operasional dan Usia Tanaman yang Produktif
Salah satu keunggulan TAPG adalah fokusnya pada efisiensi operasional. Perusahaan ini dikenal menerapkan praktik perkebunan yang baik (Good Agricultural Practice/GAP) untuk memaksimalkan hasil panen. Selain itu, banyak perkebunan TAPG yang berada dalam fase usia produktif puncak (prime age), yang berarti hasil panen TBS per hektar optimal. Ini berkontribusi pada biaya produksi yang lebih kompetitif.
3. Partisipasi dalam Isu Keberlanjutan (ESG)
TAPG memiliki komitmen terhadap praktik berkelanjutan (Environmental, Social, and Governance/ESG) dalam operasionalnya. Ini termasuk:
Sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) untuk banyak kebun dan pabriknya.
Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengelola limbah.
Program-program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dengan masyarakat sekitar.
Fokus pada ESG menjadi nilai tambah bagi investor yang semakin peduli terhadap investasi yang bertanggung jawab.
4. Prospek Industri Kelapa Sawit yang Berkelanjutan
Industri kelapa sawit tetap menjadi sektor yang vital bagi perekonomian Indonesia. Permintaan global akan minyak nabati terus meningkat, dan CPO adalah salah satu yang paling efisien dalam hal produktivitas per hektar. Program mandatori biodiesel (B30, B35, dan potensi B40/B50) di Indonesia juga akan terus menyerap pasokan CPO domestik, menjaga stabilitas harga dan permintaan.
Risiko yang Perlu Dipertimbangkan
Namun, seperti investasi lainnya, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:
Volatilitas Harga CPO: Ini adalah risiko terbesar. Harga CPO sangat dipengaruhi oleh pasokan dan permintaan global, harga minyak mentah, serta kebijakan negara produsen dan konsumen.
Faktor Cuaca: El Nino atau La Nina dapat secara signifikan memengaruhi produksi TBS.
Kebijakan Pemerintah: Perubahan regulasi terkait ekspor, pajak, atau moratorium lahan sawit dapat berdampak pada operasional dan profitabilitas.
Isu Lingkungan dan Sosial: Tekanan dari organisasi lingkungan atau isu sengketa lahan dapat memengaruhi reputasi dan operasional perusahaan.
Persaingan: Industri kelapa sawit sangat kompetitif.
Secara keseluruhan, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) memiliki potensi yang kuat sebagai salah satu pemain besar di industri kelapa sawit Indonesia, didukung oleh skala bisnis yang luas, efisiensi operasional, dan komitmen terhadap keberlanjutan.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com
Kinerja Keuangan TAPG di Semester I 2025
TAPG menunjukkan kinerja keuangan yang sangat impresif pada Semester I 2025, melanjutkan tren positif dari kuartal sebelumnya.
Laba Bersih Melonjak Signifikan
TAPG membukukan laba bersih sebesar Rp 1,69 triliun pada Semester I 2025. Angka ini melonjak 75,31% dibandingkan dengan Rp 966,34 miliar pada periode yang sama tahun 2024.
Peningkatan laba ini juga tercermin pada laba per saham yang naik menjadi Rp 85 per saham di Semester I 2025, dari Rp 49 per saham di Semester I 2024.
Kinerja Q1 2025 yang Solid (Sebagai Bagian dari Semester I)
Laba bersih TAPG pada Q1 2025 sendiri mencapai Rp 805,3 miliar, naik 117,16% secara year-on-year (YoY) dari Rp 370,8 miliar pada Q1 2024.
Pendapatan TAPG juga tumbuh 37,03% menjadi Rp 2,62 triliun pada Q1 2025, didorong oleh peningkatan penjualan produk kelapa sawit dan turunannya.
Laba bruto TAPG melonjak 72,24% menjadi Rp 911,74 miliar pada Q1 2025, menunjukkan efisiensi dalam mengelola biaya.
Posisi Keuangan yang Sehat
Total aset TAPG per Juni 2025 tercatat sebesar Rp 14,77 triliun.
Total liabilitas perusahaan berhasil ditekan menjadi Rp 2,31 triliun dari Rp 3,03 triliun pada akhir tahun lalu, menunjukkan manajemen utang yang baik.
Ekuitas TAPG meningkat menjadi Rp 11,46 triliun, dari Rp 11,28 triliun di akhir tahun 2024, mencerminkan struktur permodalan yang sehat dan pertumbuhan yang stabil.
Kas dan setara kas juga menunjukkan penguatan signifikan, mencapai Rp 2,08 triliun pada akhir Maret 2025.
Faktor Pendorong Kinerja
Kinerja gemilang TAPG di Semester I 2025 didorong oleh beberapa faktor utama:
Harga CPO yang Menguat: Pergerakan harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar global, terutama di Bursa Malaysia Derivatives, yang menguat ke level yang menguntungkan. Pemangkasan bea impor India juga disebut-sebut sebagai salah satu pemicu kenaikan harga CPO.
Peningkatan Produktivitas: TAPG terus fokus pada optimalisasi produktivitas dan kontrol biaya. Banyak perkebunan mereka yang masih dalam usia produktif puncaknya (prime age), yang mendukung volume produksi TBS dan CPO.
Efisiensi Operasional: Kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya produksi dan operasional berkontribusi besar pada peningkatan laba.
Kinerja positif ini menempatkan TAPG dalam posisi yang kuat di industri kelapa sawit dan menjanjikan prospek yang cerah untuk sisa tahun 2025.
Kaitan antara TP Rachmat dengan saham TAPG:
Theodore Permadi (TP) Rachmat adalah sosok konglomerat terkemuka di Indonesia dan merupakan pendiri serta pemimpin Triputra Group, salah satu konglomerasi bisnis terbesar di Tanah Air. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) adalah salah satu entitas bisnis inti di bawah payung besar Triputra Group.
Berikut adalah hubungan TP Rachmat dengan saham TAPG:
Pendiri Triputra Group dan TAPG: TP Rachmat adalah otak di balik berdirinya Triputra Group pada tahun 1998 setelah karir gemilangnya di Astra International. TAPG sendiri didirikan pada tahun 2005 sebagai salah satu pilar bisnis di sektor agribisnis kelapa sawit dan karet dalam portofolio Triputra Group. Ini berarti TAPG adalah “anak kandung” dari visi bisnis TP Rachmat.
Pemilik Manfaat Akhir dan Pengendali Utama: Meskipun kepemilikan saham TAPG terdistribusi di beberapa entitas seperti PT Persada Capital Investama, PT Triputra Investindo Arya, PT Daya Adicipta Mustika, dan investor institusional lainnya, pada dasarnya TP Rachmat adalah pemilik manfaat akhir (ultimate beneficial owner) dari perusahaan ini melalui struktur kepemilikan di dalam Triputra Group. Ia dan keluarganya memiliki kendali yang kuat terhadap arah strategis TAPG.
Kepemilikan Saham Langsung: Selain melalui entitas perusahaan, TP Rachmat juga diketahui memiliki kepemilikan saham langsung di TAPG. Misalnya, per Februari 2025, dilaporkan bahwa TP Rachmat menambah koleksi saham TAPG miliknya menjadi 1,03 miliar saham, atau sekitar 5,209% dari total saham yang diterbitkan. Ini menunjukkan keterlibatan langsung dan kepercayaan pribadi TP Rachmat terhadap perusahaan ini.
Pengaruh dalam Manajemen dan Strategi: Sebagai pendiri dan pemimpin Triputra Group, TP Rachmat memiliki pengaruh besar dalam penentuan strategi bisnis, ekspansi, dan arah investasi TAPG. Anaknya, Arif Rachmat, yang juga merupakan bagian dari jajaran kepemimpinan di Triputra Group, tercatat pernah menjabat sebagai Komisaris Utama TAPG dan berperan penting dalam pembangunan bisnis kelapa sawit di Grup Triputra. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dan filosofi bisnis TP Rachmat sangat tercermin dalam operasional TAPG.
Bagian dari Ekosistem Bisnis yang Lebih Luas: TAPG tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari ekosistem bisnis Triputra Group yang lebih besar, yang meliputi sektor-sektor lain seperti otomotif (melalui Adira), logistik (ASSA Rent), manufaktur (Dharma Polimetal), dan industri karet (Kirana Megatara). Keberhasilan dan reputasi Triputra Group secara keseluruhan, yang dibangun oleh TP Rachmat, turut memberikan nilai tambah dan kepercayaan investor terhadap TAPG.
Singkatnya, TP Rachmat adalah figur sentral di balik keberadaan dan kesuksesan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG). Ia adalah pendiri, pemilik manfaat akhir, dan memiliki pengaruh besar terhadap strategi serta kinerja perusahaan, menjadikannya salah satu emiten unggulan dalam portofolio Triputra Group.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca