Mulai 1 Januari 2026, Bank Indonesia (BI) secara resmi akan menghentikan publikasi JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate) dan menetapkan IndONIA (Indonesia Overnight Index Average) sebagai satu-satunya standar acuan suku bunga di pasar keuangan Indonesia. Ini adalah bagian dari reformasi acuan suku bunga global (setelah penghapusan LIBOR) untuk menciptakan pasar yang lebih transparan dan kredibel.
Berikut dampak utamanya:
1. Perubahan Metode: Dari “Janji” ke “Bukti”
Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada bagaimana angka suku bunga tersebut dihasilkan:
JIBOR (Quotation-based): Berdasarkan “kuotasi” atau harga penawaran yang diberikan oleh panel bank. Hal ini dianggap rawan manipulasi karena bukan merupakan transaksi nyata.
IndONIA (Transaction-based): Berdasarkan data transaksi riil pinjam-meminjam rupiah tanpa agunan yang dilakukan antarbank di pasar uang.
Dampaknya: Suku bunga acuan menjadi jauh lebih akurat, mencerminkan kondisi likuiditas pasar yang sebenarnya, dan menghilangkan risiko kecurangan (seperti kasus skandal LIBOR di luar negeri).
2. Efektivitas Kebijakan Moneter (Transmisi ke Bunga Kredit)
Penghapusan JIBOR bertujuan agar kebijakan BI (seperti kenaikan atau penurunan BI Rate) lebih cepat dirasakan oleh masyarakat dan pelaku usaha:
Lebih Responsif: Karena IndONIA berbasis transaksi harian, pergerakannya lebih dinamis. Perbankan akan memiliki acuan yang lebih tepat dalam menentukan bunga deposito dan bunga kredit (KPR, Kredit Modal Kerja, dll.).
Penurunan Bunga yang Lebih Adil: Selama ini sering terjadi jeda yang lama antara penurunan suku bunga BI dengan penurunan bunga kredit bank. Dengan IndONIA, diharapkan perbankan lebih kompetitif dan transparan dalam menyesuaikan bunga pinjaman.
3. Dampak pada Produk Keuangan dan Kontrak
Banyak kontrak keuangan yang selama ini menggunakan JIBOR harus segera disesuaikan:
Kredit dan Pinjaman: Kontrak pinjaman baru tidak boleh lagi menggunakan JIBOR. Pinjaman lama yang jatuh tempo setelah 2025 harus beralih menggunakan Fallback Rate (suku bunga pengganti) yang berbasis IndONIA.
Instrumen Derivatif: Transaksi seperti Interest Rate Swap (IRS) kini akan menggunakan IndONIA. Hal ini akan mendorong pasar uang Indonesia menjadi lebih modern dan setara dengan standar internasional.
Reksadana Pasar Uang: Manajer investasi akan menggunakan IndONIA sebagai benchmark baru untuk mengukur kinerja portofolio mereka.
4. Tantangan bagi Pelaku Pasar (Re-papering)
Dampak operasional terbesar adalah bagi institusi keuangan:
Amandemen Kontrak: Bank dan korporasi harus melakukan re-papering atau mengubah klausul pada kontrak-kontrak jangka panjang yang masih mencantumkan JIBOR sebagai acuan.
Penggunaan Compounded IndONIA: Karena IndONIA adalah suku bunga satu malam (overnight), untuk tenor yang lebih panjang (1 bulan, 3 bulan, dsb), BI menyediakan Compounded IndONIA (IndONIA yang dikomposisikan) agar bisa digunakan sebagai referensi tenor panjang.
Ringkasan Perbedaan BI
Fitur
Dasar Penentuan:
JIBOR (Lama) => Estimasi/Penawaran Bank (Kertas)
IndONIA (Baru) => Transaksi Nyata (Pasar)
Keamanan:
JIBOR (Lama) => Risiko Manipulasi Tinggi
IndONIA (Baru) => Sangat Robust & Sulit Dimanipulasi
Tenor:
JIBOR (Lama) => 1 Minggu – 12 Bulan
IndONIA (Baru) => Overnight (dikomposisikan untuk tenor panjang)
Status:
JIBOR (Lama) => Berhenti 1 Jan 2026
IndONIA (Baru) => Patokan Utama
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi/Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Saham Daily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi/Trading yang dilakukan oleh Pembaca.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini: