Penguatan harga emas dunia hingga akhir tahun 2025 yang menembus rekor baru (USD 4.400 – USD 4.500/oz) menjadi katalis positif bagi sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara umum, emiten yang diuntungkan terbagi menjadi dua kategori: produsen murni (miner) yang margin labanya naik otomatis, dan pedagang/penyedia jasa (retailer/finance) yang volume transaksinya meningkat.
Berikut detail emiten-emiten tersebut:
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Antam adalah pemain paling komprehensif karena menguasai dari hulu (tambang) hingga hilir (ritel Logam Mulia).
Kenaikan harga emas mendongkrak pendapatan dari unit bisnis pemurnian logam mulia. Di tahun 2025, laba bersih ANTM diproyeksikan tumbuh signifikan seiring dengan target penjualan emas yang mencapai puluhan ton.
Sentimen Tambahan: ANTM memiliki likuiditas saham yang tinggi, menjadikannya pilihan utama investor institusi saat harga emas reli.
2. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) & PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS)
Grup Merdeka menjadi sorotan besar di tahun 2025 dengan aksi korporasi yang agresif.
IPO EMAS: Pada September 2025, anak usahanya, Merdeka Gold Resources (EMAS), resmi melantai di bursa dengan raihan dana triliunan rupiah untuk menggarap proyek tambang Pani yang memiliki cadangan raksasa (sekitar 5 juta ounce).
MDKA sangat sensitif terhadap harga emas karena memiliki cadangan emas-tembaga yang sangat besar di proyek Tujuh Bukit.
3. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
BRMS (anak usaha grup Bumi) mengalami transformasi dari emiten kecil menjadi produsen emas yang diperhitungkan. Kapasitas produksi di tambang Poboya (Palu) terus meningkat sepanjang 2024-2025. Setiap kenaikan harga emas dunia langsung mempertebal margin keuntungan mereka karena biaya produksi per ounce (all-in sustaining cost) mereka relatif kompetitif.
Sentimen Tambahan: Akuisisi perusahaan tambang luar negeri (seperti Wolfram di Australia pada November 2025) semakin memperkuat valuasi perusahaan.
4. PT Archi Indonesia Tbk (ARCI)
ARCI adalah salah satu pure play emas (hampir 100% pendapatannya dari emas).
Setelah pemulihan operasional pasca-kendala teknis di tahun sebelumnya, ARCI kembali mencatatkan produksi tinggi di tahun 2025 (target >120 ribu oz). Karena fokusnya yang murni pada emas, harga saham ARCI seringkali bergerak paling lincah mengikuti fluktuasi harga emas global.
5. PT United Tractors Tbk (UNTR)
Meski dikenal sebagai perusahaan alat berat dan batu bara, UNTR kini memiliki kontribusi emas yang signifikan melalui Tambang Martabe. Emas menjadi penyeimbang (diversifier) yang sangat baik saat harga batu bara fluktuatif. Tambang Martabe menyumbang laba yang stabil dan mendukung dividen jumbo UNTR.
6. Emiten Retail & Pembiayaan (HRTA & BRIS)
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA): Sebagai produsen perhiasan dan emas batangan ritel, HRTA diuntungkan oleh meningkatnya minat masyarakat untuk membeli emas sebagai aset safe haven.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS): BSI memiliki produk Gadai Emas dan Cicil Emas. Saat harga emas naik, nilai agunan nasabah meningkat dan permintaan masyarakat untuk mencicil emas di bank syariah biasanya melonjak tajam (naik >30% di tahun 2025).
Perbandingan Ringkas (Estimasi 2025)
ANTM => Penjualan Ritel & Tambang => Penguasaan pasar domestik & likuiditas saham.
MDKA / EMAS => Eksplorasi & Produksi => Proyek Tambang Pani yang mulai berproduksi.
BRMS=> Produksi Tambang => Peningkatan kapasitas pabrik pengolahan di Palu.
ARCI=> Produksi Tambang=> Pure play emas dengan leverage harga tertinggi.
HRTA=> Ritel & Perhiasan=> Permintaan fisik emas batangan dari masyarakat.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi/Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Saham Daily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi/Trading yang dilakukan oleh Pembaca.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini: