Saham INET (PT Indointernet Tbk): Mengulik Masa Depan Internet Data Center dan Cloud di Indonesia
Di era digital seperti sekarang, internet dan data adalah raja. Dan di balik setiap aplikasi, streaming, hingga e-commerce yang kita gunakan, ada infrastruktur vital yang bekerja: data center dan layanan cloud.
INET adalah salah satu pemain kunci di sektor ini di Indonesia.
INET bukanlah nama baru. Mereka adalah penyedia layanan internet (ISP) dan jasa colocation data center terkemuka di Indonesia. Salah satu langkah strategis INET yang paling menonjol adalah pembentukan joint venture (usaha patungan) dengan Digital Edge. Ini adalah titik balik penting bagi perusahaan. Melalui joint venture ini, INET berfokus mengembangkan pusat data hyperscale, yaitu data center berskala sangat besar yang dirancang untuk melayani kebutuhan perusahaan cloud global (seperti Amazon Web Services, Google Cloud, Microsoft Azure) serta perusahaan teknologi besar lainnya. Ini menunjukkan pergeseran fokus INET dari layanan ISP konvensional ke segmen data center dan cloud yang memiliki margin lebih tinggi dan permintaan yang terus melonjak.
INET juga mengembangkan ekosistem interkoneksi antar penyedia layanan cloud, jaringan, dan perusahaan, yang menjadikan data center mereka semakin menarik bagi calon klien.
Mengapa sektor data center dan cloud sangat menarik di Indonesia?
Pertama, populasi digital Indonesia yang masif. Jumlah pengguna internet dan smartphone terus bertumbuh pesat. Ini berarti data yang dihasilkan juga berlimpah, dan semua data itu butuh tempat penyimpanan serta pemrosesan yang handal.
Kedua, adopsi cloud computing yang makin meluas. Perusahaan-perusahaan, baik startup maupun korporasi besar, semakin beralih ke layanan cloud untuk efisiensi dan fleksibilitas.
Ketiga, pertumbuhan e-commerce, fintech, AI, dan Internet of Things (IoT). Sektor-sektor ini membutuhkan infrastruktur data center yang kuat dan latensi rendah. Pemerintah juga terus mendorong transformasi digital, yang secara langsung meningkatkan permintaan akan infrastruktur seperti yang disediakan INET. Dengan joint venture dan fokus pada data center hyperscale, INET berada di posisi yang sangat strategis untuk menangkap peluang pertumbuhan eksponensial ini. Mereka bukan lagi sekadar ISP biasa, melainkan pemain kunci dalam tulang punggung ekonomi digital Indonesia.
Dari sisi finansialnya, harga saham INET menunjukkan volatilitas, namun juga kenaikan signifikan dalam periode tertentu, terutama setelah pengumuman strategis mengenai joint venture dan ekspansi data center. Dari segi valuasi, saham teknologi dan infrastruktur cloud memang seringkali memiliki valuasi premium (P/E = 163,75 x dan P/B = 8,74 x as of 23 Juli 2025 sumber RTI). Ini mencerminkan ekspektasi pertumbuhan tinggi di masa depan.
Poin Positif Potensi INET:
Fokus pada segmen data center hyperscale dan cloud yang bertumbuh pesat.
Kemitraan strategis dengan Digital Edge yang membawa keahlian dan kapital.
Didukung oleh tren digitalisasi masif di Indonesia.
Potensi pendapatan berulang (recurring revenue) dari layanan data center.
Skalabilitas bisnis yang tinggi seiring pertumbuhan ekonomi digital.
Poin Negatif / Risiko yang Perlu Diperhatikan:
Persaingan yang ketat di industri data center dari pemain lokal dan global.
Kebutuhan modal besar untuk ekspansi dan pembangunan data center baru.
Ketergantungan pada klien hyperscale; jika satu klien besar pindah, bisa berdampak signifikan.
Regulasi pemerintah yang bisa berubah terkait infrastruktur digital.
Volatilitas harga saham yang tinggi karena sifatnya sebagai saham teknologi.
Performa finansial saat ini mungkin belum sepenuhnya mencerminkan potensi di masa depan; investor membeli narasi pertumbuhan. Namun, seperti setiap investasi di sektor pertumbuhan tinggi, ada risiko yang menyertainya. Penting untuk melakukan riset mendalam (DYOR – Do Your Own Research), memahami laporan keuangan, dan memantau perkembangan industri serta kebijakan perusahaan.
Kinerja Keuangan Terkini (Hingga Semester I 2025)
INET menunjukkan perbaikan signifikan dalam kinerja keuangannya di Semester I 2025:
Laba Bersih: Melonjak drastis hingga 666,65% menjadi Rp 7,77 miliar di Semester I 2025 dibandingkan periode yang sama di tahun 2024 (Rp 1,04 miliar). Ini adalah peningkatan yang sangat substansial.
Pendapatan: Juga menunjukkan pertumbuhan impresif, mencapai Rp 45 miliar per Juni 2025, naik 196,91% dibandingkan periode Juni 2024 (Rp 15,15 miliar).
Laba Usaha: Meningkat 714,22% menjadi Rp 10,05 miliar di Semester I 2025 dari Rp 1,23 miliar di Semester I 2024.
Aset: Total aset INET melonjak 35,55% menjadi Rp 311,56 miliar per 30 Juni 2025, dari Rp 229,85 miliar di akhir 2024. Peningkatan ini didorong oleh ekuitas yang naik signifikan (Rp 291,44 miliar) dan liabilitas yang relatif kecil (hanya Rp 20,11 miliar).
Kas dan Setara Kas: Meningkat 54,98% menjadi Rp 95,94 miliar per Juni 2025 dari Rp 61,91 miliar per Desember 2024. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan modal saham dan tambahan modal disetor dari pelaksanaan waran.
Perbandingan Kinerja FY 2024:
Perlu dicatat bahwa untuk laporan keuangan Full Year 2024, INET mencatat laba bersih sebesar Rp 232,07 miliar, yang sebenarnya turun 8,31% dibandingkan dengan raihan tahun 2023 sebesar Rp 253,1 miliar. Namun, perbaikan signifikan di Semester I 2025 menunjukkan adanya turnaround positif.
Hubungan Adhie M. Masardi dengan saham INET
Adhie M. Masardi memiliki hubungan yang sangat erat dengan saham PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET). Ia adalah pemilik manfaat akhir (ultimate beneficial owner) dari INET.
Hubungan ini terjalin melalui struktur kepemilikan sebagai berikut:
PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara (AKUN) adalah pemegang saham pengendali di INET.
PT Satu Technologi Tepat adalah pemegang saham utama di PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara (AKUN).
Adhie M. Masardi memiliki saham mayoritas di PT Satu Technologi Tepat.
Dengan demikian, meskipun kepemilikan Adhie M. Masardi tidak langsung terlihat di tingkat INET, ia merupakan sosok di balik pengendalian perusahaan melalui struktur kepemilikan tersebut. Oleh karena itu, INET sering disebut sebagai “perusahaan milik Adhie Masardi”.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Ter-update, klik link di bawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com
Strategi Bisnis dan Katalis Pertumbuhan
Kinerja positif INET di Semester I 2025 tidak terlepas dari strategi bisnis mereka yang berfokus pada:
Fokus pada Data Center Hyperscale: INET, melalui joint venture-nya dengan Digital Edge, mengalihkan fokus dari ISP konvensional ke pengembangan data center hyperscale. Ini adalah segmen yang menjanjikan dengan margin tinggi, melayani kebutuhan cloud provider global dan perusahaan teknologi besar.
Kemitraan Strategis: Digital Edge berhasil menggalang pendanaan besar (US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 25,9 triliun) untuk ekspansi data center di Asia. Sebagai pemilik mayoritas saham INET, ini memberikan dukungan kapital yang kuat untuk ekspansi INET di Indonesia. Dua data center mereka (EDGE1 di Mampang dan EDGE2 di Kuningan) menjadi bagian penting dari infrastruktur ini.
Tren Digitalisasi Indonesia: Indonesia adalah pasar yang sangat prospektif untuk data center.
Pertumbuhan Pengguna Internet: Populasi digital yang besar dan terus berkembang menciptakan permintaan data yang masif.
Adopsi Cloud Computing: Perusahaan semakin beralih ke cloud untuk efisiensi.
Pertumbuhan Sektor Digital: E-commerce, fintech, AI, IoT, semuanya membutuhkan infrastruktur data center yang kuat.
Dukungan Pemerintah: Dorongan pemerintah untuk transformasi digital juga menjadi katalis.
Ekspansi Infrastruktur: INET berencana untuk ekspansi pada tahun 2025, termasuk penambahan jaringan fiber optic hingga 430 km. Ini penting untuk meningkatkan kapasitas dan jangkauan layanan mereka.
Pendapatan Berulang (Recurring Revenue): Bisnis data center cenderung menghasilkan pendapatan berulang dari layanan colocation dan interkoneksi, memberikan stabilitas finansial.
Analisis Rasio Keuangan dan Valuasi
Profitabilitas: Lonjakan laba bersih di Semester I 2025 menunjukkan peningkatan profitabilitas yang signifikan.
Rasio Utang: Dengan ekuitas yang melonjak dan liabilitas yang relatif kecil (Rp 20,11 miliar), rasio utang INET terlihat sehat, menunjukkan posisi keuangan yang kuat untuk ekspansi.
Valuasi Saham: Saham INET, sebagai saham teknologi di sektor pertumbuhan tinggi, kemungkinan masih memiliki rasio P/E dan P/B yang tinggi. Hal ini mencerminkan ekspektasi pasar akan pertumbuhan pendapatan dan laba di masa depan, bukan hanya kinerja saat ini. Investor yang berinvestasi di INET biasanya membeli narasi pertumbuhan jangka panjang dari sektor data center dan cloud.
Dividen: INET memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2024, yang umum terjadi pada perusahaan yang sedang dalam fase ekspansi dan membutuhkan modal untuk pertumbuhan.
Tantangan dan Risiko
Meskipun prospeknya cerah, INET juga menghadapi beberapa tantangan dan risiko:
Persaingan Ketat: Industri data center di Indonesia semakin kompetitif dengan masuknya pemain lokal dan global (seperti DCII, Telkom, dll.).
Kebutuhan Modal Besar: Ekspansi data center membutuhkan investasi kapital yang sangat besar, meskipun didukung oleh Digital Edge.
Ketergantungan Klien Besar: Kinerja dapat terpengaruh jika ada perubahan kebutuhan dari klien hyperscale utama.
Perizinan Infrastruktur: Seperti yang dikeluhkan oleh Indonet (INET), perizinan untuk pembangunan infrastruktur digital masih menjadi tantangan di Indonesia.
Volatilitas Saham: Saham teknologi cenderung memiliki volatilitas harga yang lebih tinggi dibandingkan sektor lain.
Kesesuaian Suplai dan Permintaan: Ada risiko overcapacity jika suplai data center tumbuh lebih cepat daripada permintaan yang sepadan, meskipun saat ini kapasitas di Indonesia masih jauh dari kebutuhan.
Kesimpulan dan Outlook
Kinerja saham INET menunjukkan potensi pertumbuhan yang kuat, didukung oleh perbaikan laba bersih yang dramatis di Semester I 2025 dan posisi strategis mereka di sektor data center dan cloud. Tren digitalisasi di Indonesia yang masif menjadi pendorong utama permintaan infrastruktur yang disediakan oleh INET.
Outlook 2025: Perusahaan membidik lompatan laba 30% untuk tahun 2025, menunjukkan keyakinan manajemen terhadap prospek bisnis. Dengan laba bersih Semester I 2025 yang sudah terbang 666%, target ini terlihat sangat konservatif dan berpotensi terlampaui jika tren pertumbuhan berlanjut.
Bagi Investor:
INET adalah pilihan menarik bagi investor yang percaya pada potensi jangka panjang sektor data center dan cloud di Indonesia.
Investor harus siap dengan valuasi yang relatif premium dan kemungkinan volatilitas harga saham.
Penting untuk terus memantau laporan keuangan kuartalan, pengumuman ekspansi, serta perkembangan industri dan regulasi.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca