Potensi Saham BWPT

Berikut adalah penjelasan rinci mengenai potensi PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT):
​Potensi dan Faktor Pendukung

​Basis Aset dan Kapasitas Produksi yang Kuat:
​Luas Lahan: BWPT memiliki total lahan perkebunan yang mencapai 87.000 hektar di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Luas lahan yang besar ini menjadi modal utama untuk produksi jangka panjang.
​Pabrik dan Kapasitas Produksi: Perusahaan mengoperasikan pabrik pengolahan kelapa sawit dengan total kapasitas yang memadai, dan berencana menambah pabrik baru serta kernel crushing plant dalam 12-18 bulan ke depan untuk meningkatkan efisiensi.
​Stabilitas dan Peringkat Kredit Positif: Pefindo memberikan peringkat idA- dengan prospek stabil kepada BWPT, yang ditegaskan kembali pada Agustus 2025. Peringkat ini mencerminkan:
​Profil pengelolaan operasional yang kuat.
​Permintaan minyak sawit yang stabil.
​Fleksibilitas finansial yang cukup kuat.
​Diversifikasi dan Rasionalisasi Aset: Perusahaan berfokus pada kualitas dan harga buah, mengurangi pembelian buah dari pihak ketiga untuk meningkatkan efisiensi.
​Komitmen Terhadap Keberlanjutan (ESG): BWPT secara aktif mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan.
​Peringkat dan Sertifikasi: Perusahaan meraih peringkat tinggi dalam pemeringkatan keberlanjutan SPOTT 2024 dengan skor 81,4%, menempatkannya di peringkat 4 di Indonesia dan 23 secara global. Sebagian besar pabriknya telah tersertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), yang memberikan nilai tambah dan memungkinkan akses ke pasar premium.
​Praktik Ramah Lingkungan: BWPT menerapkan sistem pemantauan hotspot berbasis satelit, penggunaan GIS untuk pengelolaan lahan, serta komitmen pada pelestarian keanekaragaman hayati dan pencegahan kebakaran.

​Tantangan dan Risiko
​Ketergantungan pada Harga Komoditas: Meskipun kinerja BWPT membaik, pendapatan dan profitabilitasnya tetap sangat bergantung pada fluktuasi harga CPO global yang volatil. Penurunan harga CPO dapat langsung memengaruhi laba perusahaan.
Beban Utang: Perusahaan memiliki leverage keuangan yang moderat, yang menjadi salah satu faktor pembatas peringkat kreditnya. Meskipun ada perbaikan, rasio utang yang tinggi masih menjadi perhatian bagi investor dan membatasi kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen. Namun, perusahaan sedang mengkaji rencana quasi-reorganization untuk menghapus defisit dan membuka peluang pembagian dividen di masa depan.
​Risiko Operasional: Sektor perkebunan kelapa sawit rentan terhadap risiko seperti cuaca buruk, hama, dan kebakaran lahan. Meskipun BWPT memiliki manajemen risiko yang baik, ancaman ini tetap ada.

​Secara keseluruhan, PT Eagle High Plantations Tbk memiliki potensi yang kuat untuk terus bertumbuh dan menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari eksposur di sektor komoditas. Peningkatan signifikan dalam kinerja keuangan dan operasional, ditambah dengan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan, menunjukkan fondasi bisnis yang semakin solid.
​Meskipun demikian, investor harus tetap berhati-hati terhadap risiko yang melekat, terutama fluktuasi harga CPO dan tingkat utang perusahaan. Perbaikan yang konsisten dalam efisiensi, serta realisasi rencana strategis seperti penambahan pabrik dan upaya deleveraging, akan menjadi kunci untuk mewujudkan potensi jangka panjang BWPT secara penuh.

​Berdasarkan data dan informasi terkini, ekspansi dan akuisisi yang dilakukan oleh PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) lebih berfokus pada ekspansi internal untuk meningkatkan efisiensi dan nilai tambah, daripada melakukan akuisisi lahan atau entitas lain secara besar-besaran.
​Berikut adalah beberapa ekspansi dan aksi korporasi penting yang telah dan sedang dilakukan BWPT:
​1. Ekspansi Hilirisasi dan Penambahan Pabrik
​BWPT secara aktif melakukan ekspansi untuk meningkatkan kapasitas produksi dan diversifikasi produk.
​Pembangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) Baru: Perusahaan telah memulai pembangunan pabrik baru dengan kapasitas 30 ton per jam di Kalimantan Timur. Proyek ini diharapkan dapat beroperasi pada kuartal I-2025. Pembangunan pabrik baru ini dilakukan karena pabrik yang sudah ada saat ini telah beroperasi pada kapasitas maksimum.
​Pembangunan Kernel Crushing Plant (KCP): BWPT berencana membangun pabrik KCP pada tahun 2025. Penambahan KCP ini bertujuan untuk memproses palm kernel (biji sawit) menjadi produk turunan seperti palm kernel oil (PKO) dan palm kernel meal (PKM). Langkah ini akan meningkatkan margin laba perusahaan karena produk hilir memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
​Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg): BWPT juga berinvestasi dalam pembangunan PLTBg di Kalimantan Tengah. Proyek ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap proyek ramah lingkungan (green project) dan keberlanjutan (ESG), yang juga dapat menghasilkan pendapatan tambahan dari penjualan listrik.
​2. Aksi Korporasi untuk Perbaikan Kinerja Keuangan
​Selain ekspansi fisik, BWPT juga melakukan berbagai aksi korporasi untuk memperbaiki struktur keuangan dan menarik minat investor.
​Penerbitan Obligasi Berkelanjutan: BWPT telah menerbitkan surat utang (obligasi) untuk memperoleh dana segar yang akan digunakan sebagai modal kerja, seperti pembelian TBS, CPO, dan pupuk. Langkah ini menjadi salah satu cara perusahaan untuk mendanai operasionalnya.
​Buyback Saham: BWPT pernah mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) untuk menjaga stabilitas harga saham di pasar.
​Kuasi Reorganisasi: BWPT telah mengumumkan dan mendapatkan persetujuan untuk melakukan kuasi reorganisasi. Aksi ini bertujuan untuk memperbaiki struktur ekuitas perusahaan dengan menghapus defisit yang menumpuk dari kerugian masa lalu. Dengan hilangnya defisit, posisi keuangan dan struktur modal perusahaan akan terlihat lebih sehat, yang pada gilirannya dapat membuka peluang bagi perusahaan untuk membagikan dividen di masa depan.
​3. Rasionalisasi Aset dan Penjualan Entitas Anak
​Dalam beberapa tahun terakhir, BWPT juga melakukan rasionalisasi aset dengan menjual beberapa entitas anak perusahaan. Aksi ini dilakukan sebagai bagian dari strategi efisiensi dan untuk membiayai pembayaran utang, menunjukkan fokus perusahaan untuk memperkuat neraca keuangan.

​Aktivitas ekspansi dan akuisisi BWPT menunjukkan strategi yang jelas, yaitu:
​Ekspansi Organik dan Hilirisasi: Fokus pada pembangunan pabrik baru dan fasilitas pengolahan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan nilai tambah dari produk utamanya (CPO dan PK).
​Efisiensi dan Perbaikan Keuangan: Melakukan aksi korporasi seperti kuasi reorganisasi dan penjualan aset untuk memperbaiki struktur keuangan, mengurangi beban utang, dan meningkatkan kepercayaan investor.
​Strategi ini menunjukkan bahwa BWPT lebih memilih untuk mengoptimalkan aset yang sudah dimiliki dan meningkatkan efisiensi operasional daripada melakukan akuisisi lahan besar-besaran, yang sejalan dengan komitmen keberlanjutan dan pengelolaan keuangan yang lebih hati-hati.

Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:

Langganan Database Sahamdaily & Info Saham Terkini

No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com

Kinerja Keuangan BWPT di Semester I 2025

​Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, kinerja keuangan PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) pada semester I 2025 menunjukkan performa yang sangat positif dan melanjutkan tren perbaikan dari tahun-tahun sebelumnya.
​Berikut adalah rincian kinerja keuangan BWPT di semester I 2025:
​1. Pertumbuhan Laba Bersih yang Signifikan
​BWPT mencatat laba bersih sebesar Rp 171,8 miliar pada Semester I 2025. Angka ini naik 43,52% dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun 2024, yang tercatat sebesar Rp 119,7 miliar.
​2. Kenaikan Pendapatan
​Pendapatan usaha BWPT di Semester I 2025 tercatat sebesar Rp 2,77 triliun, menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 37,81% dibandinkang Semester I 2024 Rp 2,01 triliun . Kenaikan pendapatan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan. Pada semester I 2025, perusahaan berhasil meningkatkan penjualan CPO sebesar 10% dan Palm Kernel (PK) sebesar 12%.
​Selain itu, harga jual produk juga mengalami kenaikan yang signifikan. Harga jual CPO naik 20% menjadi Rp 14.113 per kg, dan harga PK melonjak 93% menuju Rp 11.895 per kg.
​3. Perbaikan Struktur Keuangan
​BWPT berhasil meningkatkan ekuitasnya menjadi Rp 2,62 triliun pada semester I 2025, naik dari Rp 2,45 triliun pada akhir tahun sebelumnya.
​Sementara itu, total liabilitas (utang) perusahaan berhasil dikurangi menjadi Rp 7 triliun, turun dari Rp 7,34 triliun di akhir 2024. Penurunan utang ini juga menyebabkan beban bunga ikut turun sebesar 18% di kuartal I 2025.
​4. Peningkatan Produktivitas Operasional
​Kinerja keuangan yang positif ini juga didukung oleh perbaikan di sisi operasional.
​BWPT mencatat peningkatan produktivitas yang signifikan pada tanaman dan unit pengolahan, sebagai hasil dari implementasi program intensifikasi dan efisiensi.
​Sebagai bagian dari strategi ekspansi, perusahaan juga telah memulai operasi pabrik baru di Kalimantan Timur yang berkapasitas 30 ton per jam, yang diharapkan dapat memacu produksi CPO lebih lanjut di semester II 2025.
​Secara keseluruhan, kinerja BWPT di semester I 2025 menunjukkan tren perbaikan yang sangat kuat, didorong oleh peningkatan pendapatan, efisiensi biaya, dan manajemen utang yang lebih baik. Hasil ini memperkuat posisi perusahaan di tengah industri kelapa sawit dan memberikan sinyal positif bagi para investor.

Ownership

​Pemilik mayoritas dan struktur kepemilikan saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) melibatkan beberapa entitas besar.
​Secara ringkas, pemegang saham pengendali BWPT adalah Grup Rajawali milik konglomerat Peter Sondakh.
​Berikut adalah detail struktur kepemilikan saham BWPT berdasarkan data RTI 31 Jul 2025:
​PT Rajawali Capital International memegang 37,70% saham BWPT: Merupakan pemegang saham utama dan pengendali dari PT Eagle High Plantations Tbk. PT Rajawali Capital International adalah anak perusahaan dari Rajawali Corpora, yang didirikan dan dimiliki oleh taipan Peter Sondakh.
​FIC Properties Sdn. Bhd. (FGV Holdings Berhad) memegang 37% saham BWPT: Perusahaan ini juga merupakan pemegang saham substansial di BWPT. FGV Holdings Berhad sendiri adalah perusahaan pelat merah asal Malaysia.
​Publik memegang 23,98% saham BWPT

Henderi Djunaidi memegang 0,03% saham BWPT

Yeoh Lean Khai memegang 0,01% saham BWPT

Choong Kam Loong memegang 0,00% saham BWPT

Saham Treasury memegang 1,28% saham BWPT

​Secara historis, Rajawali Corpora melalui PT Rajawali Capital International, telah memiliki perjalanan panjang untuk menguasai BWPT (sebelumnya bernama PT BW Plantation Tbk) dan menjadi pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu, Peter Sondakh sebagai pendiri dan pemilik Rajawali Corpora dianggap sebagai “pemilik” dari BWPT.

Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi/Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi/Trading yang dilakukan oleh Pembaca.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *