Detail terkait emiten TELE yang dinyatakan pailit dan dampaknya bagi emiten TLKM.
Detail Kepailitan Emiten TELE (PT Omni Inovasi Indonesia Tbk) yang sebelumnya dikenal sebagai PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. Pengumuman resmi mengenai status kepailitan TELE disampaikan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) kepada direksi pemegang rekening efek. TELE merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi perangkat telekomunikasi (ponsel, voucher pulsa, aksesoris) dan sempat menjadi anggota indeks LQ45. Masalah keuangan TELE sudah terlihat sejak lama, ditandai dengan:
=>Pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang sempat berujung damai (homologasi) di masa lalu, namun masalah utang/kewajiban tampaknya muncul kembali.
=>Kinerja keuangan yang memburuk secara signifikan, termasuk kerugian dan penurunan pendapatan yang tajam.
=>Perdagangan sahamnya telah lama dihentikan sementara (suspensi) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena gagal bayar kupon dan pokok obligasi yang jatuh tempo.
Penerima Manfaat Akhir: Per 31 Agustus 2025, penerima manfaat akhir (ultimate beneficial owner) TELE adalah Hengky Setiawan dan Welly Setiawan melalui PT Upaya Cipta Sejahtera.
Dampak Kepailitan TELE bagi Emiten TLKM
Kepailitan TELE memiliki dampak langsung dan tidak langsung bagi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
1. Dampak Langsung: Kerugian Investasi
Kepemilikan Saham: Telkom (TLKM), melalui anak usahanya PT PINS Indonesia (PINS), tercatat memiliki sekitar 24% saham di TELE. Ini menjadikan TELE sebagai entitas asosiasi bagi TLKM.
Penurunan Nilai Investasi: Akibat masalah keuangan dan status pailit TELE, TLKM harus mengakui penurunan nilai (impairment) atas penyertaan jangka panjang di TELE hingga nilai investasi tersebut menjadi nihil (nol). Penurunan nilai yang dicatat Telkom terkait investasi di TELE ini tergolong material, contohnya tercatat sebesar Rp 1,17 triliun pada tahun 2019 dan Rp 485 miliar pada tahun 2020.
Pencatatan Keuangan: Kerugian dari penurunan nilai investasi ini tercatat dalam laporan keuangan TLKM, yang tentu saja akan membebani laba bersih konsolidasi Telkom di tahun-tahun pencatatan penurunan nilai tersebut.
2. Dampak Tidak Langsung: Reputasi dan Lesson Learned
Investasi Bermasalah: Kasus TELE menambah deretan “investasi bermasalah” yang pernah dilakukan oleh Telkom Group. Hal ini dapat memunculkan pertanyaan dari investor dan analis mengenai strategi investasi non-inti yang dilakukan Telkom di masa lalu, meskipun bisnis inti Telkom tetap solid.
Kinerja Bisnis Inti: Para analis umumnya menilai bahwa kepailitan TELE ini bukanlah hambatan utama bagi TLKM. Bisnis inti Telkom, terutama segmen telekomunikasi dan infrastruktur digital (termasuk Telkomsel), tetap solid dan memiliki margin yang kuat. Investasi di TELE yang bergerak di distribusi perangkat dan voucher merupakan strategic initiative di masa lalu untuk memperkuat Telkomsel, namun kegagalan ini lebih dianggap sebagai pelajaran berharga (lesson learned) bagi TLKM untuk lebih berhati-hati dalam investasi non-inti di masa depan.
Pengaruh Harga Saham: Sentimen negatif akibat kerugian investasi memang dapat memengaruhi persepsi pasar terhadap saham TLKM, namun dampaknya cenderung tidak signifikan terhadap fundamental Telkom secara keseluruhan, mengingat proporsi kerugian tersebut relatif kecil dibandingkan dengan total aset dan pendapatan konsolidasi TLKM yang sangat besar.
Secara ringkas, dampak utama kepailitan TELE bagi TLKM adalah kerugian atas investasi yang sudah diakui dan dicatat sebagai penurunan nilai investasi hingga nol di laporan keuangan TLKM.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi/Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Saham Daily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi/Trading yang dilakukan oleh Pembaca.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com