Dampak B50 terhadap emiten-emiten CPO

Kebijakan mandatori biodiesel B50 (campuran 50% Fatty Acid Methyl Ester / FAME dari CPO dan 50% solar) yang ditargetkan implementasinya pada tahun 2026, secara umum akan memberikan dampak positif yang signifikan pada seluruh emiten CPO, namun memberikan keuntungan yang lebih besar pada kategori emiten tertentu.

​Berikut penjelasan mengenai emiten-emiten CPO yang paling diuntungkan dari kebijakan B50, dibagi berdasarkan jenis keuntungan:
​1. Emiten yang Paling Diuntungkan (Produsen Biodiesel Terintegrasi)
​Emiten yang memiliki fasilitas pengolahan hilir yang terintegrasi, khususnya pabrik Biodiesel (FAME), akan mendapat keuntungan ganda (hulu dan hilir). Mereka dapat memperoleh margin ganda (dari produksi CPO hingga produksi FAME) dan menjadi pemasok langsung untuk program B50.
​Emiten-emiten yang secara aktif memproduksi dan terlibat dalam kontrak pengadaan biodiesel (FAME) antara lain:
​PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) => salah satu pemasok biodiesel terbesar yang mendapatkan alokasi kuota FAME secara signifikan dari pemerintah. Memiliki integrasi vertikal yang kuat, dari kebun hingga produk turunan seperti biodiesel.
​PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) => termasuk emiten yang mendapatkan kontrak pengadaan biodiesel. Diversifikasi bisnisnya, termasuk lini hilir dan biodiesel, memungkinkan TBLA mendapat manfaat dari kenaikan permintaan domestik.
​PT Jhonlin Agro Raya Tbk. (JARR) =>  Emiten ini secara spesifik fokus pada bisnis pengolahan CPO menjadi FAME (biodiesel). Jhonlin Group merupakan pelopor uji coba implementasi B50. Kontribusi segmen FAME terhadap pendapatan JARR sangat besar.

​2. Emiten dengan Keuntungan Tidak Langsung (Produsen CPO Murni)
​Semua emiten CPO akan diuntungkan secara tidak langsung melalui dampak kebijakan B50 terhadap harga komoditas global.
​A. Kenaikan Harga CPO
​Kebutuhan CPO domestik untuk program B50 diperkirakan mencapai 5,3 juta ton, yang sebagian besar akan ditarik dari volume ekspor. Konsekuensi dari pengurangan volume ekspor ini adalah:
​Penurunan Pasokan Global: Indonesia sebagai eksportir CPO terbesar dunia akan mengurangi suplai ke pasar internasional.
Kenaikan Harga CPO: Keseimbangan pasokan-permintaan global yang terganggu akan mendorong kenaikan harga CPO dunia.
Emiten yang diuntungkan dari skenario ini adalah semua produsen CPO, seperti:
​PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Teladan Prima Agro Tbk (TLDN), PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), PT Gozco Plantations Tbk (GZCO), PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) dan lain-lain

​B. Keunggulan Lain
TAPG: Memiliki usia pohon sawit yang relatif muda, sehingga potensi peningkatan volume produksi TBS (Tandan Buah Segar) di masa depan akan makin besar untuk memenuhi tingginya permintaan CPO domestik.
​AALI: Dengan struktur keuangan yang solid, AALI akan diuntungkan dari kenaikan harga jual rata-rata CPO (ASP) yang didorong oleh B50.

Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:

Langganan Database Sahamdaily & Info Saham Terkini

No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com

Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi/Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi/Trading yang dilakukan oleh Pembaca.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *