Perbedaan Utama MSCI (Morgan Stanley Capital International) dan FTSE Russell (Financial Times Stock Exchange):
Asal Perusahaan
MSCI => Amerika Serikat (New York)
FTSE=> Inggris (London) – Bagian dari London Stock Exchange Group
Pengaruh Global
MSCI => Paling Dominan/Populer secara Global (terutama di Amerika dan Asia).
FTSE => Dominan di Eropa, namun memiliki jangkauan global.
Cakupan Pasar
MSCI=> Indeks global biasanya mencakup sekitar 85% dari kapitalisasi pasar saham yang layak investasi.
FTSE => Indeks global cenderung mencakup hingga 90%-95% dari kapitalisasi pasar, sehingga seringkali memiliki lebih banyak saham.
Klasifikasi Negara
MSCI=> Sangat ketat dan konservatif. Perubahan status negara (misalnya dari Emerging ke Developed) jarang terjadi. FTSE=> Lebih fleksibel dalam mengklasifikasikan status pasar.
Contoh Kasus
MSCI=> Klasifikasi Korea Selatan masih diklasifikasikan sebagai Emerging Market.
FTSE=> Korea Selatan telah dipromosikan sebagai Developed Market.
Dampak pada Saham RI
MSCI=> Efeknya Cenderung Lebih Besar. Masuk/keluar dari Indeks MSCI (terutama MSCI Emerging Markets) sering memicu arus dana pasif (ETF/Dana Global) yang masif.
FTSE=> Juga krusial, namun dampaknya terhadap likuiditas sering dianggap sedikit lebih kecil dibandingkan MSCI. Lebih banyak diikuti oleh investor berbasis Eropa.
1. Perbedaan Metodologi & Cakupan
Perbedaan paling mendasar adalah cara mereka menghitung dan memilih saham, yang dikenal sebagai metodologi indeks:
Definisi Kapitalisasi Pasar:
MSCI sering membatasi indeks global mereka pada saham large dan mid-cap yang mewakili sekitar 85% dari total kapitalisasi pasar yang dapat diinvestasikan.
FTSE Russell sering memperluas cakupan indeks globalnya hingga 90%-95% dari kapitalisasi pasar, yang berarti mereka menyertakan lebih banyak perusahaan mid-cap dan bahkan beberapa small-cap dibandingkan MSCI dalam indeks yang setara.
Klasifikasi Pasar (Developed vs Emerging):
Ini adalah perbedaan krusial. Kedua perusahaan memiliki kriteria berbeda tentang kapan sebuah negara dianggap sebagai Pasar Berkembang (Emerging Market) atau Pasar Maju (Developed Market).
Contohnya, Korea Selatan dan Polandia diklasifikasikan sebagai Developed Market oleh FTSE, namun masih dianggap sebagai Emerging Market oleh MSCI. Perbedaan ini membuat komposisi dana investasi yang mengikuti indeks Emerging Market FTSE dan MSCI menjadi berbeda.
2. Pengaruh terhadap Pasar Saham Indonesia (IDX)
Bagi investor di Indonesia, pergerakan saham emiten sangat dipengaruhi oleh pengumuman rebalancing yang dilakukan oleh kedua penyedia indeks ini (biasanya dilakukan secara kuartalan atau semi-tahunan).
MSCI Effect (Pintu Dana Global):
Investor institusi besar dan Exchange Traded Fund (ETF) di seluruh dunia (terutama di AS) banyak yang menggunakan indeks MSCI Emerging Markets sebagai tolak ukur utama mereka.
Ketika saham Indonesia (seperti BBCA, BBRI) ditambahkan ke indeks MSCI, ETF dan dana pasif yang melacak indeks tersebut wajib membeli saham tersebut dalam jumlah besar. Ini menghasilkan lonjakan likuiditas dan harga (inflow) yang signifikan (dikenal sebagai MSCI effect).
FTSE Effect (Standar Eropa):
FTSE (khususnya FTSE Global Equity Index Series) juga menjadi acuan bagi banyak manajer investasi, terutama yang berbasis di Eropa dan Inggris.
Meskipun dampaknya serupa—saham yang masuk akan dibeli dan saham yang keluar akan dijual—skala arus dana global yang terikat pada MSCI seringkali lebih besar.
Kesimpulan sederhananya: Baik MSCI maupun FTSE adalah penentu arah dana asing. Keduanya melakukan fungsi yang sama, tetapi MSCI memiliki dominasi pasar global yang lebih besar dan sering menjadi tolok ukur yang paling sering diikuti oleh arus dana pasif terbesar di dunia.
Secara umum, antusiasme, kesadaran publik, dan liputan media di Indonesia jauh lebih besar terhadap MSCI dibandingkan dengan FTSE Russell. Antusiasme ini tidak hanya datang dari kalangan profesional, tetapi juga merambah ke investor ritel yang aktif memantau pergerakan saham.
Berikut penjelasan detail mengenai perbedaan antusiasme tersebut di kalangan masyarakat Indonesia:
1. Dominasi & Hype MSCI (Isu “Naik Kelas”)
A. Liputan Media yang Masif
Di media massa, portal berita bisnis, hingga platform komunitas investor lokal, istilah MSCI jauh lebih sering disebut dan dikenal dibandingkan FTSE. Setiap kali ada isu saham akan masuk atau keluar dari MSCI Global Standard Index (atau MSCI Emerging Markets), media sering menggunakan judul sensasional seperti “Saham A Bikin Pasar Saham Ketar-Ketir” atau “Dana Asing Siap Borong Saham B usai Masuk MSCI”. Ini menciptakan hype yang besar.
Isu Strategis Negara: Perubahan bobot atau review metodologi oleh MSCI sering kali dianggap sebagai isu strategis yang bahkan disoroti oleh otoritas bursa (BEI) dan pemerintah, karena dampaknya yang masif terhadap arus modal asing di Indonesia.
B. Antusiasme Investor Ritel (The “MSCI Effect”)
Bagi trader dan investor ritel, pengumuman rebalancing MSCI dianggap sebagai katalis utama pergerakan harga saham dalam jangka pendek. Banyak investor ritel cermat yang sudah mencoba mengantisipasi (melakukan positioning) saham mana yang berpotensi masuk (dibidik) atau keluar (dijual) sebelum pengumuman resmi MSCI. Mereka berharap mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga ketika dana pasif global mulai masuk.
Persepsi “Pintu Global”: MSCI dilihat sebagai pintu gerbang utama bagi dana pasif (Exchange Traded Fund/ETF) berbasis Amerika Serikat dan global yang memiliki dana kelolaan terbesar, sehingga efek suntikan likuiditasnya dianggap paling signifikan.
2. Antusiasme terhadap FTSE Russell
A. Fokus Lebih Niche dan Terbatas
Meskipun FTSE Russell juga diakui oleh para analis dan manajer investasi profesional, namanya tidak sepopuler MSCI di telinga masyarakat umum atau investor ritel pemula. FTSE Russell lebih sering disebut sebagai standar acuan utama bagi investor institusi yang berbasis di Eropa. Dampak arus dana yang masuk dan keluar cenderung terjadi, tetapi skalanya seringkali dianggap lebih kecil atau lebih niche (terfokus pada investor Eropa) dibandingkan inflow dari MSCI. Antusiasme terhadap FTSE Russell di Indonesia sering muncul ketika ada perubahan di indeks yang lebih spesifik, seperti FTSE Global Equity Index Series, di mana saham Indonesia sering dimasukkan ke kategori Large Cap, Mid Cap, atau Micro Cap.
B. Kesimpulan Antusiasme
Penyebutan Media
MSCI=> Sangat Sering (Judul Utama)
FTSE=> Cukup Sering (Berita Teknis)
Katalis Pasar
MSCI=> Katalis Utama & Paling Diantisipasi
FTSE => Katalis Penting, Tapi Sekunder
Kesadaran Ritel
MSCI=> Sangat Tinggi (Banyak Diperbincangkan)
FTSE=> Sedang (Lebih Dikenal Kalangan Profesional)
Persepsi Dampak
MSCI=> Dianggap menghasilkan inflow terbesar.
FTSE=> Dianggap menghasilkan inflow substansial, terutama dari Eropa.
Dengan kata lain, bagi masyarakat dan investor Indonesia, MSCI adalah “pemain bintang” yang pergerakannya akan menentukan arah jangka pendek saham-saham blue chip Indonesia, sementara FTSE Russell adalah “pemain pendukung krusial” yang juga wajib dipantau, terutama oleh kalangan yang lebih mendalami analisis fundamental dan teknikal.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi/Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Saham Daily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi/Trading yang dilakukan oleh Pembaca.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com