PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) adalah perusahaan investasi aktif terkemuka di Indonesia yang didirikan oleh Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya. Potensi utama SRTG berasal dari model bisnisnya yang unik, yaitu berinvestasi pada perusahaan-perusahaan strategis di sektor-sektor kunci yang selaras dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berikut adalah penjelasan rinci mengenai potensi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk:
1. Potensi dari Portofolio Investasi yang Diversifikasi
Potensi SRTG tidak terletak pada satu bisnis, melainkan pada keberagaman portofolio investasinya.
Saratoga berinvestasi di tiga pilar utama:
Sumber Daya Alam (Natural Resources):
Investasi di sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan. Contoh utamanya adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Potensi dari pilar ini sangat besar karena:
MDKA:
Potensinya berasal dari cadangan tembaga dan emas kelas dunia serta ekspansi agresifnya ke industri hilir nikel dan bahan baku baterai melalui PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).
ADRO:
Selain dari bisnis batu bara, ADRO juga berekspansi ke sektor energi terbarukan dan mineral strategis seperti aluminium, yang mendukung transisi energi global.
Infrastruktur:
Investasi di sektor ini memberikan pendapatan yang stabil dan berkelanjutan. Contoh terpenting adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Potensi TBIG didorong oleh pertumbuhan kebutuhan telekomunikasi dan data di Indonesia, yang membutuhkan lebih banyak menara seluler dan fiber optik.
Konsumen dan Teknologi:
SRTG juga berekspansi ke sektor-sektor yang berorientasi pada konsumen dan teknologi, seperti PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) yang bergerak di bidang otomotif dan layanan terkait, serta investasi di sektor kesehatan (seperti Brawijaya Healthcare dan Zap Clinic) dan teknologi digital lainnya.
2. Potensi dari Strategi Investasi Aktif
SRTG bukan hanya investor pasif. Perusahaan ini dikenal dengan strategi “investasi aktif” yang menambahkan nilai pada setiap perusahaan portofolio.
Penciptaan Nilai:
Saratoga tidak hanya membeli saham, tetapi juga terlibat aktif dalam manajemen dan strategi perusahaan investasinya untuk mengoptimalkan kinerja dan menciptakan nilai tambah.
Optimalisasi Aset:
MDKA adalah contoh nyata bagaimana Saratoga membantu perusahaan portofolio berekspansi ke bisnis hilir (misalnya, baterai nikel) untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
Manajemen Arus Kas yang Kuat:
Pendapatan dari dividen dan monetisasi aset portofolio memberikan arus kas yang stabil, yang kemudian digunakan kembali untuk investasi baru atau pembayaran dividen kepada pemegang saham SRTG.
3. Kinerja Keuangan dan Prospek Jangka Panjang
Arus Kas Kuat:
Arus kas yang kuat, terutama dari dividen perusahaan portofolio seperti Adaro dan Tower Bersama, memberikan fleksibilitas finansial bagi Saratoga untuk melakukan investasi baru dan mendukung strategi pertumbuhan.
Diversifikasi Risiko:
Model bisnis investasi ini mengurangi risiko yang mungkin dihadapi satu sektor. Jika satu sektor mengalami tekanan, kinerja perusahaan masih dapat ditopang oleh sektor lain yang lebih kuat.
Potensi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk sangat besar dan terdiversifikasi. Didukung oleh portofolio perusahaan yang kuat di sektor-sektor penting, manajemen yang berpengalaman, dan strategi investasi aktif yang berorientasi pada penciptaan nilai, SRTG berada di posisi yang baik untuk terus meraih pertumbuhan jangka panjang di tengah dinamika ekonomi Indonesia.
Sebagai perusahaan investasi, ekspansi dan akuisisi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) bukan sekadar membeli perusahaan baru, melainkan juga menambah porsi kepemilikan di portofolio yang sudah ada atau mendivestasi aset yang dianggap kurang strategis.
Berikut adalah beberapa ekspansi dan akuisisi kunci yang dilakukan oleh Saratoga:
1. Akuisisi di Sektor Kesehatan
Saratoga secara agresif berekspansi ke sektor layanan kesehatan. Salah satu akuisisi terbarunya adalah:
Penguasaan Mayoritas Saham RS Brawijaya:
Pada kuartal I 2024, Saratoga secara resmi mengakuisisi mayoritas saham Rumah Sakit Brawijaya. Ekspansi ini sejalan dengan fokus perusahaan untuk berinvestasi di sektor-sektor strategis yang memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang, seperti kesehatan, infrastruktur digital, dan energi terbarukan.
2. Peningkatan Kepemilikan di Portofolio Strategis
Saratoga juga terus memperkuat posisinya sebagai pemegang saham pengendali di beberapa perusahaan portofolio utamanya.
Pembelian Saham MDKA:
Pada Maret 2025, Saratoga merogoh kocek Rp 171 miliar untuk memborong saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Transaksi ini meningkatkan kepemilikan Saratoga di MDKA dari 19,58% menjadi 20,08%, menegaskan perannya sebagai pemegang kendali utama bersama PT Provident Capital Indonesia. Langkah ini menunjukkan keyakinan Saratoga terhadap potensi pertumbuhan MDKA, terutama dalam diversifikasinya ke industri hilir nikel dan bahan baku baterai.
3. Divestasi Aset
Sebagai perusahaan investasi aktif, Saratoga juga melakukan divestasi atau penjualan aset yang sudah matang atau tidak lagi sejalan dengan strategi jangka panjangnya.
Divestasi Saham PT Deltomed:
Salah satu contoh divestasi yang dilakukan adalah penjualan kepemilikan saham di PT Deltomed, produsen jamu dan produk kesehatan herbal. Divestasi ini merupakan bagian dari siklus investasi perusahaan untuk mengoptimalkan portofolio dan mengalihkan fokus ke sektor-sektor yang dianggap lebih strategis.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com
Berdasarkan laporan keuangan yang tersedia, berikut adalah rincian kinerja keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) di semester I 2025:
Laba Rugi
Laba Bersih:
Saratoga berhasil membalikkan kerugian menjadi laba bersih sebesar Rp 102,01 miliar pada semester I 2025. Angka ini berbalik dari rugi bersih Rp 446,39 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Rugi Investasi: Meskipun mencatat laba bersih, perusahaan mengalami kerugian neto atas investasi pada saham dan efek lainnya sebesar Rp 1,82 triliun. Kerugian ini meningkat dari Rp 1,37 triliun pada semester I 2024.
Pendapatan Dividen: Perusahaan mencatat penerimaan dividen sebesar Rp 1,26 triliun pada paruh pertama tahun 2025. Angka ini didorong oleh kontribusi dari perusahaan portofolio utama seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Pembagian Dividen: Saratoga telah memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp 200 miliar, atau sekitar Rp 14,75 per saham, dari laba bersih tahun buku 2024.
Secara keseluruhan, kinerja Saratoga pada paruh pertama tahun ini menunjukkan perbaikan pada laba bersih, meskipun tantangan dari kerugian investasi masih ada. Perusahaan tetap fokus pada sektor-sektor strategis seperti kesehatan, energi terbarukan, dan infrastruktur digital untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Ownership
Berdasarkan data RTI efektif 31 Juli 2025, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada beberapa pihak utama. Perusahaan ini secara efektif dikendalikan oleh para pendiri dan entitas afiliasi mereka.
Berikut adalah rincian pemilik utamanya:
Edwin Soeryadjaya memegang 35,8604% saham SRTG: Beliau adalah salah satu pendiri Saratoga dan saat ini menjabat sebagai Presiden Komisaris.
Sandiaga Salahuddin Uno: Beliau adalah pendiri lainnya dan dikenal sebagai figur publik di Indonesia. Sandiaga Uno tercatat memiliki kepemilikan saham sekitar 21,51%.
Masyarakat (Publik): Sisa saham yang beredar di bursa dimiliki oleh investor publik atau masyarakat. Porsinya adalah sekitar 10,39%.
Pemegang saham pengendali Saratoga adalah kombinasi dari Edwin Soeryadjaya, PT Unitras Pertama memegang 32,7214% saham SRTG, dan Sandiaga Uno. Struktur kepemilikan ini menunjukkan bahwa kendali perusahaan berada di tangan para pendiri dan entitas terafiliasi mereka, yang memberikan arah strategis bagi portofolio investasi perusahaan.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi/Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi/Trading yang dilakukan oleh Pembaca.