Potensi saham BKSL (PT Sentul City Tbk): Mengulik Masa Depan Sentul City dan Proyek “Bio Town”
Sentul City dikenal luas sebagai pengembang kawasan kota mandiri yang besar dan strategis di Bogor, Jawa Barat, dengan berbagai fasilitas modern mulai dari perumahan, area komersial, hingga rekreasi. Namun, di balik citra pengembang properti konvensional, ada kabar besar yang berpotensi mengubah lanskap bisnis BKSL dan prospek investasinya di masa depan.
PT Sentul City Tbk (BKSL) memiliki sejarah panjang di industri properti Indonesia. Salah satu kekuatan utamanya adalah kepemilikan cadangan lahan yang sangat luas, mencapai belasan ribu hektare. Ini adalah aset yang sangat berharga di tengah keterbatasan lahan yang kian mahal di wilayah Jabodetabek. BKSL mengembangkan area komersial seperti AEON Mall Sentul City, hotel, dan fasilitas umum lainnya, termasuk rumah sakit yang menjadi bagian dari pengembangan kawasan. Meski begitu, seperti banyak perusahaan properti lainnya, kinerja BKSL juga sangat dipengaruhi oleh siklus properti dan kondisi ekonomi makro. Penting untuk dicatat, dari laporan keuangan Full Year 2024, BKSL memang mencatat penurunan laba bersih dibandingkan 2023. Namun, pasar seringkali melihat ke depan.
“Bio Town” dan Potensi Bisnis Baru
Inilah yang menjadi ‘game changer’ bagi BKSL: isu pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sektor kesehatan atau yang disebut ‘Bio Town’ di lahan milik Sentul City di Jonggol. Kabarnya, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) tengah menjajaki proyek ambisius ini di lahan BKSL, dengan potensi kerja sama dari investor Tiongkok. Modelnya dikabarkan mengadopsi konsep sukses seperti Chengdu Tianfu International Bio-Town di China.
Jika terwujud, ‘Bio Town’ akan menjadi pusat terintegrasi industri kesehatan yang sangat besar, mencakup fasilitas penelitian dan pengembangan, pabrik farmasi, rumah sakit modern, hingga lembaga pendidikan seperti sekolah keperawatan dan perguruan tinggi medis.
Mengapa ini sangat signifikan? Proyek ini sangat sejalan dengan visi pemerintah untuk reformasi sistem kesehatan nasional dan berpotensi besar menekan ketergantungan Indonesia pada impor bahan baku farmasi yang saat ini masih sangat tinggi. Ini adalah proyek strategis nasional. Bagi BKSL, ini berarti diversifikasi pendapatan yang masif, peningkatan nilai aset lahan mereka secara signifikan, dan potensi pertumbuhan jangka panjang yang luar biasa di luar bisnis properti konvensional. Selain itu, ada juga isu kerja sama pengembangan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dengan BKSL sebagai penyedia lahan, yang menunjukkan potensi diversifikasi pendapatan lain.
Keynote: BKSL
1. Q1 2025 Pendapatan bersih Rp 278,74 miliar, naik 241,05% yoy dari Rp 81,73 miliar. Laba Rp 2,08 miliar, berbalik dari Rugi Rp 109,57 miliar di Q1 2024.
2. Target pra-penjualan (marketing sales) di Tahun 2025 Rp 2 Triliun, naik 53,4% yoy
3. Rencana mempercepat pelunasan pinjaman homologasi Rp 846 miliar, dapat mengurangi biaya bunga.
4. Rencana hadirnya showroon BMW dan BYD di kawasan komersial Sentul city. Saat ini kawasan ini sudah ada IKEA, AEON Mall, RS EMC Sentul dan SICC.
5. BKSL divestasi 152 hektar tanahnya ke Genting Malaysia di tahun 2024 dengan pendapatan Rp 2,05 Triliun
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com
Harga saham BKSL sempat menunjukkan volatilitas tinggi, namun ada pergerakan menarik dan kenaikan signifikan dalam beberapa periode terakhir. Dari segi valuasi, beberapa analisis menunjukkan bahwa BKSL mungkin terlihat ‘overvalued’ berdasarkan rasio Price-to-Earnings (P/E) saat ini jika dibandingkan dengan rata-rata sektor properti. P/E BKSL saat ini 6022,90 kali data RTI 23 Juli 2025, sementara rata-rata sektor properti di 5.47 kali. Angka ini bisa menunjukkan ekspektasi tinggi pasar terhadap potensi masa depan. Namun, perlu diingat, valuasi tinggi seringkali mencerminkan ekspektasi pertumbuhan tinggi dari investor, terutama dengan adanya potensi proyek ‘Bio Town’ yang sangat besar ini.
Poin Positif Potensi BKSL:
Kepemilikan lahan yang sangat luas dan strategis.
Potensi proyek ‘Bio Town’ yang sangat strategis dan mendapatkan dukungan pemerintah.
Diversifikasi bisnis yang akan datang di luar properti residensial.
Adanya minat institusi dan akumulasi saham dalam beberapa periode.
Konektivitas Sentul City yang strategis dengan Tol Jagorawi dan rencana LRT Jabodebek (rute Bogor-Cibubur-Jakarta) semakin memperkuat daya tarik kawasan.
Target Marketing Sales 2025: BKSL menargetkan marketing sales Rp 2,8 triliun pada tahun 2025, didukung oleh peluncuran 2.341 unit residensial dan 241 unit komersial. Jika target ini tercapai, akan sangat mendukung kinerja pendapatan ke depan.
Poin Negatif / Risiko yang Perlu Diperhatikan:
Laba bersih 2024 yang menurun drastis. Namun ada perbaikan kinerja di Q1 2025 Pendapatan bersih Rp 278,74 miliar, naik 241,05% yoy dari Rp 81,73 miliar. Laba Rp 2,08 miliar, berbalik dari Rugi Rp 109,57 miliar di Q1 2024.
Rasio utang yang perlu dipantau secara ketat
Eksekusi proyek ‘Bio Town’ yang masih dalam tahap penjajakan/isu, belum ada pengumuman resmi yang final dari BKSL.
Kondisi pasar properti dan ekonomi makro yang masih bisa fluktuatif.
Volatilitas harga saham yang tinggi.
Perusahaan belum secara rutin membayar dividen.
BKSL adalah saham dengan potensi menarik, terutama dengan rumor dan potensi proyek ‘Bio Town’ yang bisa menjadi katalis pertumbuhan jangka panjang yang masif. Namun, seperti investasi lainnya, selalu ada risiko yang menyertainya. Penting bagi Anda untuk melakukan riset mendalam (DYOR – Do Your Own Research), memahami laporan keuangan perusahaan, dan mengikuti perkembangan berita terkait proyek ini secara seksama sebelum membuat keputusan investasi.
Kinerja Keuangan BKSL di Semester I 2025:
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, kinerja keuangan PT Sentul City Tbk (BKSL) pada Semester I 2025 menunjukkan beberapa poin penting:
Pendapatan Melesat Signifikan: Pendapatan di Semester I 2025 Rp 483,66 miliar dibandingkan Semester I 2024 Rp 235,66 miliar, ada kenaikan pendapatan yang sangat signifikan, yaitu sebesar 105,23% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024
Laba bersih yang diatribusikan kepada Pemilik entitas induk Rp 14,58 miliar dibandingkan Semester I 2024 Rp 73,30 miliar, ada penurunan sebesar 80%.
Faktor Pendorong: Kinerja positif ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
Pengembangan Proyek: Pembangunan cluster hunian dan SOHO yang substansial.
Secara keseluruhan, kinerja keuangan PT Sentul City Tbk pada Semester I 2025 menunjukkan adanya perbaikan signifikan, terutama dalam hal pendapatan dan profitabilitas, yang berhasil mengubah kerugian menjadi laba.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca