PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), perusahaan energi terintegrasi yang dulunya sangat fokus pada bisnis batu bara. Namun, TOBA saat ini sedang bertransformasi besar-besaran untuk menjadi perusahaan energi yang lebih hijau, dengan fokus pada energi terbarukan dan kendaraan listrik. Potensinya terletak pada beberapa pilar utama:
1. Transisi ke Energi Bersih dan Terbarukan (EBT)
Komitmen Dekarbonisasi: TOBA memiliki komitmen kuat untuk dekarbonisasi dan mencapai net zero emissions pada tahun 2030 untuk operasionalnya sendiri, dan pada tahun 2050 untuk keseluruhan rantai nilai. Ini bukan sekadar tren, melainkan strategi bisnis inti.
Investasi di EBT: Perusahaan telah dan akan terus berinvestasi besar di proyek-proyek EBT, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mini hidro. Proyek-proyek ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi nasional.
Pengembangan Proyek Geotermal: TOBA juga menjajaki potensi energi panas bumi (geotermal), yang merupakan sumber energi bersih dengan kapasitas besar di Indonesia.
2. Kendaraan Listrik (EV) Bersama Electrum
Kemitraan Strategis: TOBA bersama Gojek membentuk usaha patungan bernama PT Electrum, yang berfokus pada pengembangan ekosistem kendaraan listrik roda dua di Indonesia. Ini mencakup manufaktur motor listrik, teknologi baterai, infrastruktur pengisian daya, dan layanan penukaran baterai.
Peluang Pasar EV yang Masif: Indonesia adalah pasar sepeda motor terbesar ketiga di dunia, dan pemerintah sangat mendorong adopsi EV. Electrum berada di posisi yang sangat strategis untuk menggarap pasar yang belum tergarap ini, didukung oleh jaringan Gojek yang luas.
Dukungan Pemerintah: Program subsidi motor listrik dan target percepatan adopsi EV dari pemerintah akan menjadi katalis kuat bagi bisnis Electrum.
3. Bisnis Batu Bara yang Masih Menjadi Penopang
Pondasi Keuangan: Meskipun bertransisi, bisnis batu bara masih menjadi penopang utama pendapatan dan profitabilitas TOBA saat ini. Hal ini memberikan arus kas yang kuat untuk mendanai investasi di sektor energi baru dan kendaraan listrik.
Pengelolaan Berkelanjutan: TOBA berupaya mengelola operasional batu bara secara bertanggung jawab dan efisien, sambil secara bertahap mengurangi ketergantungan pada komoditas ini.
4. Diversifikasi Portofolio dan Ketahanan Bisnis
Mitigasi Risiko: Dengan bertransisi ke energi bersih dan EV, TOBA mendiversifikasi sumber pendapatannya, mengurangi risiko terkait volatilitas harga batu bara dan tekanan lingkungan global terhadap bahan bakar fosil.
Pertumbuhan Jangka Panjang: Bisnis EBT dan EV menawarkan prospek pertumbuhan jangka panjang yang lebih stabil dan berkelanjutan dibandingkan batu bara.
5. Kepemimpinan dan Manajemen yang Adaptif
Manajemen TOBA menunjukkan visi yang jelas dan kemampuan adaptasi yang tinggi dalam merespons perubahan lanskap energi global. Ini penting untuk keberhasilan transformasi perusahaan.
Tantangan yang Perlu Diperhatikan:
Investasi Besar: Transisi ke EBT dan pengembangan ekosistem EV memerlukan investasi modal yang sangat besar.
Persaingan: Sektor EBT dan EV semakin kompetitif dengan masuknya banyak pemain baru.
Implementasi Proyek: Keberhasilan sangat bergantung pada kemampuan TOBA untuk merealisasikan proyek-proyek EBT dan pengembangan EV sesuai jadwal dan anggaran.
Regulasi: Perubahan regulasi terkait EBT dan EV dapat mempengaruhi kecepatan dan arah transformasi.
Secara keseluruhan, potensi TOBA terletak pada keberanian dan komitmennya untuk melakukan transformasi fundamental dari perusahaan batu bara menjadi pemain utama di sektor energi bersih dan kendaraan listrik. Jika mampu mengeksekusi strateginya dengan baik, TOBA memiliki prospek pertumbuhan yang menarik dan berkelanjutan di masa depan.
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) telah secara aktif masuk dan melakukan kerjasama di bisnis pengelolaan limbah atau sampah sebagai bagian dari strategi transisi mereka menuju perusahaan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Strategi dan Kerjasama TOBA di Bisnis Sampah
TOBA telah menjadikan industri pengelolaan limbah sebagai salah satu pilar utama strategi bisnis berkelanjutannya, di samping energi hijau (terbarukan) dan kendaraan listrik. Langkah-langkah konkrit yang telah dilakukan TOBA dalam bisnis sampah meliputi:
Akuisisi Perusahaan Pengelolaan Limbah:
Pada Agustus 2023, TOBA mengakuisisi PT Asia Medical Enviro Services (AMES), perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan limbah medis.
Kemudian, pada Desember 2023, TOBA mengakuisisi penuh ARAH Environmental, sebuah perusahaan pengelolaan limbah berbasis di Bogor dan Solo. Akuisisi ini menegaskan komitmen mereka dalam membangun platform pengelolaan limbah yang tangguh.
Yang lebih signifikan, pada November 2024, TOBA melalui anak perusahaannya, SBT Investment 2 Pte. Ltd. (SBT Investment), mengakuisisi 100% saham Sembcorp Environment Pte. Ltd. (SembEnviro) dari Sembcorp Industries Ltd. di Singapura. Akuisisi ini senilai S$ 405 juta dan memperkuat posisi TOBA di sektor ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah terpadu di Asia Tenggara. Manajemen TOBA bahkan menyebutkan bahwa sekitar 98% sampah medis di Singapura ditangani oleh entitas yang diakuisisi ini.
Fokus pada Waste-to-Energy (Sampah Menjadi Energi Listrik):
Meskipun sempat ada bantahan terkait investasi spesifik dengan Danantara di sektor waste-to-energy pada Juni 2025, secara umum, pengembangan instalasi pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL) berbasis teknologi ramah lingkungan adalah area yang diminati TOBA. Perusahaan ini berambisi untuk menjadi pemain utama dalam solusi energi bersih dari limbah.
Pemerintah Indonesia sendiri sedang merampungkan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan PSEL, yang akan menjadi katalis positif bagi bisnis ini.
Pengelolaan Limbah Terpadu:
Melalui anak usaha seperti PT Solusi Bersih TBS (SBT), TOBA fokus pada pengolahan berbagai jenis limbah, tidak hanya untuk menghasilkan energi, tetapi juga untuk solusi lingkungan yang komprehensif.
Mengapa Bisnis Sampah Penting bagi TOBA?
Diversifikasi Bisnis Hijau: Pengelolaan limbah adalah bagian integral dari visi “Towards a Better Society 2030” (TBS2030) TOBA untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada batu bara.
Pendapatan Berulang & Margin Tinggi: Bisnis pengelolaan limbah, terutama limbah medis atau limbah industri tertentu, memiliki karakteristik high margin dan kontrak jangka panjang, mirip dengan yang dulu dinikmati TOBA dari bisnis batu bara. Ini bisa memberikan arus kas yang stabil.
Dukungan Lingkungan dan Sosial: Berinvestasi di bisnis ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial tetapi juga berkontribusi pada solusi masalah lingkungan dan sosial yang mendesak, sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Jadi, TOBA secara aktif terlibat dan terus mengembangkan bisnis pengelolaan sampah, menjadikannya salah satu pilar strategis dalam transformasinya menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com
Kinerja Keuangan TOBA di Q1 2025
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melaporkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan pada Q1 tahun 2025, dengan mencatatkan rugi bersih setelah sebelumnya meraih keuntungan pada periode yang sama tahun lalu. Ini menandai tantangan dalam proses transformasi perusahaan menuju bisnis yang lebih hijau.
Rugi Bersih: TOBA membukukan rugi bersih sebesar Rp 996,2 miliar pada Q1 2025. Angka ini berbalik dari laba bersih sebesar Rp 182,8 miliar pada Q1 2024. Kerugian ini sangat signifikan dan menjadi perhatian utama.
Rugi Bersih per Saham: Dengan demikian, rugi bersih per saham setara dengan Rp 121,49 per lembar.
Pendapatan Menurun: Pendapatan TOBA merosot 42% menjadi US$ 71,51 juta pada Q1 2025, dari US$ 124,32 juta pada Q1 2024. Penurunan pendapatan ini terutama disebabkan oleh divestasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Laba Bruto: Laba kotor tercatat US$ 7,07 juta, turun drastis dari US$ 19,89 juta.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Divestasi PLTU: Kerugian ini sebagian besar terjadi akibat divestasi aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan total kapasitas 200 MW, termasuk divestasi di PT Minahasa Cahaya Lestari dan PT Gorontalo Listrik Perdana senilai total US$ 403 juta. Meskipun berdampak negatif pada pendapatan dan laba saat ini, divestasi ini adalah bagian dari strategi TOBA untuk fokus pada bisnis yang lebih hijau.
Harga Batu Bara: Meskipun ada upaya diversifikasi, harga batu bara yang bergejolak masih menekan pendapatan perusahaan di Q1 2025.
Fase Transisi: TOBA sedang dalam masa transisi besar dari bisnis batu bara ke energi baru terbarukan (EBT) dan kendaraan listrik. Proses transisi ini seringkali membutuhkan investasi besar di awal dan mungkin belum memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan dalam jangka pendek, sehingga menekan profitabilitas.
Beberapa strategi dan proyek yang sedang berjalan untuk mendorong kinerja di masa depan:
Pengembangan Proyek EBT: TOBA berencana mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mulai tahun 2026.
Ekspansi Bisnis Kendaraan Listrik (Electrum): Investasi pada Electrum (usaha patungan dengan Gojek) untuk pengembangan ekosistem motor listrik diharapkan memberikan kontribusi positif seiring dengan meningkatnya adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
Akuisisi Bisnis Hijau: TOBA juga aktif mengakuisisi perusahaan yang bergerak di pengelolaan limbah terpadu, seperti di Singapura, untuk memperkuat portofolio bisnis hijaunya.
Kinerja Q1 2025 memang menunjukkan tantangan besar bagi TOBA akibat proses divestasi dan fluktuasi harga komoditas. Namun, ini adalah bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk bertransformasi menjadi entitas energi yang lebih berkelanjutan. Keberhasilan dalam merealisasikan proyek-proyek EBT dan kendaraan listrik akan menjadi kunci bagi profitabilitas TOBA di masa depan.
Ownership
Pemegang saham mayoritas dan pengendali utama TOBA adalah Highland Strategic Holdings Pte Ltd.
Berikut adalah rincian perkiraan komposisi kepemilikan saham utama TOBA:
Highland Strategic Holdings Pte Ltd: Memiliki porsi terbesar, yaitu sekitar 60,356%. Highland adalah perusahaan investasi yang berbasis di Singapura dan berfokus pada investasi di sektor energi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
PT Toba Sejahtera: Memiliki porsi sekitar 8,291%. PT Toba Sejahtera adalah entitas yang didirikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan, yang merupakan pendiri awal perusahaan. Meskipun porsinya tidak lagi mayoritas, entitas ini masih merupakan pemegang saham penting.
Masyarakat/Publik: Sisa saham, sekitar 31,353%, dimiliki oleh investor publik, baik individu maupun institusi (seperti reksa dana dan investor institusional lainnya) yang membeli saham TOBA di pasar modal.
Penting untuk diingat bahwa persentase kepemilikan ini dapat berfluktuasi seiring waktu karena transaksi jual beli saham di pasar atau aksi korporasi yang dilakukan perusahaan. Untuk informasi yang paling akurat dan terkini, Anda bisa selalu merujuk pada laporan keuangan atau laporan kepemilikan saham yang dipublikasikan oleh TOBA melalui situs web resmi mereka atau situs Bursa Efek Indonesia (BEI).
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca