PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA), emiten yang bergerak di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) dan pengelolaan limbah, yang menjadikannya memiliki potensi besar di tengah transisi energi dan isu keberlanjutan global. Perusahaan ini sebelumnya dikenal sebagai PT Oelang Anoe.
Berikut adalah beberapa potensi utama dari OASA:
1. Fokus pada Energi Terbarukan
Peluang Pasar EBT yang Besar: Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah (surya, hidro, biomassa, sampah), dan pemerintah berkomitmen meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi nasional. OASA, dengan fokusnya di sektor ini, berada di posisi strategis untuk menangkap peluang tersebut.
Pengembangan Proyek Biomasa: OASA aktif dalam pengembangan proyek-proyek pembangkit listrik biomassa yang menggunakan limbah sebagai bahan bakar. Ini adalah solusi win-win karena tidak hanya menghasilkan energi bersih tetapi juga membantu mengatasi masalah pengelolaan limbah.
Pembangkit Listrik Berbasis Sampah (PLTSa): Potensi besar lainnya adalah pengembangan PLTSa. Kota-kota besar di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah, dan PLTSa menawarkan solusi yang inovatif untuk menghasilkan energi dari limbah. OASA dikabarkan menjajaki beberapa proyek PLTSa, seperti di Bantar Gebang.
2. Bisnis Pengelolaan Limbah yang Terintegrasi
Solusi Lingkungan: Selain menghasilkan energi, OASA juga menawarkan solusi pengelolaan limbah. Bisnis ini sangat relevan mengingat peningkatan volume limbah dan kebutuhan akan pengelolaan yang berkelanjutan.
Pendapatan Berulang (Recurring Income): Pengelolaan limbah dan penjualan energi dari limbah dapat memberikan pendapatan yang stabil dan berulang bagi perusahaan.
3. Dukungan Kebijakan Pemerintah
Program Transisi Energi: Pemerintah Indonesia sangat mendorong transisi ke EBT melalui berbagai regulasi dan insentif. Ini menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi perusahaan seperti OASA.
Prioritas Pengelolaan Sampah: Masalah sampah menjadi prioritas nasional, dan proyek-proyek yang mengubah sampah menjadi energi mendapat dukungan kuat dari pemerintah daerah maupun pusat.
4. Sinergi dan Kemitraan Strategis
OASA aktif mencari dan menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan entitas bisnis lainnya, untuk mengembangkan proyek-proyek EBT dan pengelolaan limbah. Sinergi ini dapat mempercepat realisasi proyek dan memperluas jangkauan bisnis perusahaan.
5. Prospek Keuangan Jangka Panjang
Meskipun mungkin membutuhkan investasi awal yang besar, proyek-proyek EBT dan pengelolaan limbah memiliki potensi untuk memberikan arus kas yang stabil dan pertumbuhan pendapatan jangka panjang, terutama jika didukung oleh Power Purchase Agreement (PPA) yang solid dengan PLN atau entitas lain.
Tantangan yang Perlu Diperhatikan:
Meski memiliki potensi besar, OASA juga menghadapi tantangan, seperti:
Modal dan Investasi: Pengembangan proyek EBT dan pengelolaan limbah membutuhkan modal besar.
Regulasi dan Perizinan: Proses perizinan proyek-proyek ini bisa kompleks dan memakan waktu.
Fluktuasi Harga Komoditas: Jika ada ketergantungan pada biomassa dari sumber tertentu, fluktuasi harga bahan baku bisa menjadi faktor.
Teknologi: Keberhasilan sangat bergantung pada penerapan teknologi yang tepat dan efisien dalam konversi limbah menjadi energi.
Secara keseluruhan, PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) memiliki potensi yang signifikan di sektor EBT dan pengelolaan limbah yang sedang berkembang pesat. Dengan strategi yang tepat dan eksekusi proyek yang efektif, OASA dapat menjadi pemain penting dalam mendukung agenda keberlanjutan dan ketahanan energi Indonesia.
Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:
No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com
Kinerja Keuangan OASA di Q1 2025
PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) menunjukkan kinerja keuangan yang kurang memuaskan pada Q1 2025, dengan mencatat kerugian bersih. Ini merupakan penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang masih membukukan keuntungan.
Rugi Bersih: OASA membukukan rugi bersih sebesar Rp 8,1 miliar pada Kuartal I 2025. Angka ini berbanding terbalik dengan periode yang sama di tahun 2024, di mana perusahaan masih mencatat laba sebesar Rp 1,3 miliar. Ini berarti terjadi penurunan profitabilitas yang drastis.
Rugi Bersih per Saham: Dengan demikian, rugi bersih per saham setara dengan Rp 1,28 per lembar.
Laba Bruto: Meskipun mencatat rugi bersih, OASA berhasil membukukan laba bruto sebesar Rp 3,6 miliar.
Laba Operasi (Operating Profit): Namun, perusahaan mencatat rugi operasi sebesar Rp 5,7 miliar, mengindikasikan bahwa beban operasional melebihi pendapatan kotor.
EBITDA: EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) juga tercatat negatif, yaitu minus Rp 4,0 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa operasional inti perusahaan belum menghasilkan kas yang cukup sebelum memperhitungkan biaya non-operasional dan depresiasi.
Analisis Rasio Keuangan
Beberapa rasio keuangan juga mencerminkan kinerja yang kurang baik:
ROA (Return on Assets): -1,11%
ROE (Return on Equity): -1,36%
EV/EBITDA: -358,16 (nilai negatif ini mengindikasikan EBITDA yang negatif, sehingga rasio ini tidak dapat diinterpretasikan secara normal)
Kinerja negatif di Q1 2025 ini menunjukkan bahwa OASA menghadapi tantangan dalam mencapai profitabilitas, meskipun perusahaan memiliki potensi besar di sektor energi terbarukan dan pengelolaan limbah.
Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab atau perlu diperhatikan:
Fase Investasi dan Pengembangan: Perusahaan EBT seringkali membutuhkan investasi awal yang besar untuk pengembangan proyek (misalnya, pembangunan pabrik biomassa atau PLTSa). Biaya-biaya ini mungkin belum diimbangi oleh pendapatan yang signifikan di tahap awal operasi.
Volume Produksi: Mungkin volume produksi energi dari proyek-proyek yang sudah berjalan belum mencapai skala ekonomi yang optimal untuk menutupi seluruh beban operasional.
Beban Operasional: Ada kemungkinan beban operasional, termasuk biaya pemasaran, administrasi, dan pengembangan, masih cukup tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan.
Meskipun Q1 2025 menunjukkan kerugian, investor perlu melihat lebih jauh rencana dan proyek strategis OASA. Perkembangan proyek biomassa di Bangka yang mulai beroperasi sejak awal 2024 dan rencana peningkatan kapasitas di tahun 2025, serta potensi proyek PLTSa, bisa menjadi pendorong kinerja di kuartal-kuartal berikutnya. Keberhasilan dalam merealisasikan dan mengoptimalkan proyek-proyek tersebut akan menjadi kunci untuk mengembalikan OASA ke jalur profitabilitas.
Ownership
Berdasarkan data terkini, komposisi kepemilikan saham OASA secara garis besar adalah sebagai berikut:
Ir. Gafur Sulistyo Umar, MBA: Sekitar 48,64%. Beliau adalah Presiden Direktur dan CEO perusahaan, sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pengambilan keputusan.
Publik (Masyarakat Non-Warkat): Sekitar 41,12%. Ini adalah saham yang dipegang oleh investor ritel dan institusi lainnya di pasar.
PT And Indonesia Kapital: Sekitar 5,24%.
PT Maharaksa Biru Indonesia: Sekitar 5%.
Penting untuk diingat bahwa persentase kepemilikan ini bisa sedikit berubah dari waktu ke waktu karena transaksi jual beli saham di pasar.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi Pembaca