Perbandingan Dampak Metode MSCI : Grup Prajogo vs. Bank Big Caps

Membandingkan dampak perubahan free float MSCI terhadap emiten Grup Prajogo Pangestu (seperti BREN dan CUAN) dengan saham-saham Big Caps perbankan memberikan perspektif yang berbeda mengenai risiko dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing kelompok. Saham perbankan Big Caps di Indonesia, seperti BBCA (Bank Central Asia) dan BBRI (Bank Rakyat Indonesia), juga sangat terpengaruh, namun alasannya berbeda.

Perbandingan Dampak: Grup Prajogo vs. Bank Big Caps
​Dampak utama pada kedua kelompok emiten ini adalah penurunan bobot di indeks MSCI, yang akan memicu outflow. Namun, penyebab fundamental penurunan bobot tersebut berbeda.
​1. Emiten Prajogo Pangestu (Contoh: BREN, CUAN)
​Risiko utama berasal dari tingginya konsentrasi kepemilikan pada Grup Induk, yang membuat free float terhitung kecil.

Isu Utama: Konsenstrasi kepemilikan tinggi pada pihak terafiliasi (Prajogo Pangestu dan entitas group), dampak metode baru MSCI akan menghapus kepemilikan yang dianggap tidak likuid dari perhitungan free float.

Metode Penurunan Bobot: Perubahan pada Free Float Adjusted Market Capitalizaton (FFMC). Meskipun kapitalisasi pasarnya besar, jika free float yang diakui MSCI kecil, bobotnya akan menyusut, bobot langsung terpotong karena persentase free float yang digunakan untuk menghitung bobot lebih kecil.

Aksi Korporasi: mendorong divestasi minoritas oleh pemegang saham mayoritas (jual saham pengendali ke publik) untuk memperbesar free float.

2. Saham Perbankan Big Caps (Contoh: BBCA, BBRI)
​Risiko utama pada saham perbankan lebih terkait dengan regulasi kepemilikan asing dan aturan pembulatan baru.

Isu Utama: batasan kepemilikan asing (Foreign Ownership Limit) dan efektivitas aturan pembulatan. Meskipun free float mereka secara umum lebih besar dari emiten group Prajogo Pangestu, MSCI juga memperhitungkan Foreign Inclusion Factor (FIF) yang membatasi porsi asing.

Metode Penurunan Bobot: Perubahan pada aturan pembulatan free float yang baru. Jika FIF di bawah 1.0 (artinya ada batasan kepemilikan asing), perhitungan bobot bisa bergeser ke bawah. Pembulatan free float yang lebih ketat (+- 2,5% terdekat untuk high float) dapat membuat bobot BBCA/BBRI terpotong jika angkanya berada di batas bawah pembulatan.

Aksi Korporasi: Tidak ada kebutuhan mendesak untuk menjual saham pengendali (kecuali BBCA yang dimiliki Group Djarum), tetapi mungkin perlu penyesuaian regulasi kepemilikan asing.

Kesimpulan:

​BREN/CUAN: Hadapi krisis kuantitas free float (proporsinya terlalu kecil). Metodologi baru MSCI menekan mereka untuk segera melakukan sell-down agar bobot dipertahankan.
​BBCA/BBRI: Hadapi krisis kualitas perhitungan free float. Meskipun saham beredar banyak, aturan yang lebih ketat (termasuk pembulatan dan FIF) dapat mengurangi nilai efektif bobot mereka, menyebabkan outflow terbesar secara nominal.
​Secara nilai nominal outflow, saham-saham perbankan jumbo mungkin akan menyumbang angka terbesar karena bobot mereka saat ini di indeks sangat besar, sementara saham-saham Prajogo Pangestu akan mengalami persentase pemotongan bobot yang sangat tinggi karena free float dasarnya sudah kecil.

Jika Anda ingin berlangganan Database Saham Daily dan mendapatkan Info Saham Terkini, klik link di bawah ini:

Langganan Database Sahamdaily & Info Saham Terkini

No HP Admin Sahamdaily : 085737186163. Website: www.sahamdaily.com

Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi/Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi/Trading yang dilakukan oleh Pembaca.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *