Baterai EV
- Katoda : 80% Nickel (Indonesia, Kanada, Australia), 10% lithium (Australia, China, Amerika Selatan (Chile, Brazil, Mozambik), 10 % kobalt/ mangan. Dibutuhkan 35 kg Nickel untuk 1 baterai lithium-ion pack, dan 8 kg Lithium. Kebutuhan lithium 70 ribu ton per tahun. Mangan dan Kobalt impor kisaran 12 ribu ton per tahun untuk Mangan, dan 12 ribu ton per tahun untuk Kobalt
- Anoda : Graphite. Graphite impor 44 ribu ton per tahun. Impor dari China, Brazil dan Mozambik
Mobil listrik (EV) umumnya terdiri dari 30% Aluminium.
Ficth Solution memperkirakan produksi nikel Rusia akan tumbuh 2% di Tahun 2022 menjadi 251 ribu ton dan tumbuh 4% ditahun 2023 menjadi 261 ribu ton. Norilsk merupakan produsen yang berkontribusi sekitar 61,4% dari total produksi nikel yang ditambang di Rusia pada tahun 2020.
Pengembangan Baterai EV:
ANTM, Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan LG dan CATL. ANTM x Ningbo Contemporary Brurp Lygend Co Ltd (CBL- China Market) x LG Energy Solution (LGES- EU dan US Market). Kerjasama ANTM x CBL x LGES dengan membangun smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) maupun HPAL.
Proyek Smelter Nikel HPAL di Pulau Obi, di Morowali
PT Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP) dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral
PT Vale Smelter Nikel Pomalaa
Perusahaan China mendominasi 56% pangsa pasar baterai EV dunia, Korea menguasai 26% dan Jepang 10%. Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) selaku produsen baterai mobil listrik di China membukukan pangsa pasar hingga 34% meningkat dari tahun 2021 sebesar 32%. CATL menyediakan baterai lithium-ion untuk Tesla, Peugeot, Hyundai, Honda, BMW, Toyota, Volkswagen dan Volvo. LG energy Solution asal Korea menguasai 14% pangsa pasar. BYD Automobile dari China menguasai pangsa pasar 12% (perusahaan ini didukung Warren Buffet), BYD Automobile merupakan produsen mobil listrik terbesar ketiga di dunia. Panasonic menguasai pangsa pasar 10%. SK Innovation dari Jepang menguasai pangsa pasar 7% dan Samsung SDI asal Korea memguasai pangsa pasar 5%. CALB asal china menguasai pangsa pasar 4%, Guoxuan 3%, Sunwoda 2%, SVOLT 1 % dari market share.
Tesla menggunakan baterai Panasonic 18650 dengan kandungan NMC (Nicle, Manganese, Cobalt dan Lithium yang merupakan JV antara Tesla dan Panasonic.
Lalu ada baterai LFP (Lithium Iron Phosphate ) atau biasa ditulis LiFePO4, biasanya digunakan di Negara Tiongkok. Baterai BYD Blade yang biasa digunakan di Toyota New EV BZ3. Tesla juga menggunakan baterai LFP dari hasil produksi CATL.
Kalo di Indonesia yang pakai LFP itu Wuling AirEV. Rencananya Volta 401, Selis E-MAx, Polytron Fox-R akan pakai baterai LFP.
Keunggulan LFP vs NMC
Secara cost lebih murah
Cadangan Iron (fe) melimpah
Tidak menggunakan Cobalt maupun Nickel
Usia baterai lebih lama diperkirakan 5x dari NMC
Lebih aman
Lebih baik karena charging ketika di charge, tidak charging ketika lagi di jalan
Update 01 Juli 2024:
Adanya aksi mundur dari BASF SE dan Eramet SA dari Proyek Sonic Bay yang rencananya membangun smelter nikel dengan dana investasi USD 2,6 miliar yang bakal menghasilkan 67.000 ton nikel dan 7.500 ton kobalt per tahun di Maluku Utara. Hal ini dikarenakan investor mempertimbangkan data penurunan pasar dan penjualan mobil listrik di dunia, sehingga investor memperlambat investasinya di sektor baterai EV. Apalagi harga mobil EV dari China relatif lebih murah.
Disclaimer On: Tulisan ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan Investasi / Trading sepenuhnya ada di tangan pembaca. Sahamdaily tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari Keputusan Investasi / Trading dari Pembaca.
Jika Anda ingin bergabung Menjadi Premium Member Sahamdaily, klik link dibawah ini: